Friday, April 15, 2011

Mengapa Do'a Tidak Diijabah

Pada suatu hari Sayidina Ali Karamallaahu Wajhah, berkhutbah di hadapan kaum Muslimin. Ketika beliau hendak mengakhiri khutbahnya, tiba-tiba berdirilah seseorang ditengah-tengah jamaah sambil berkata, “Ya Amirul Mu’minin, mengapa do’a kami tidak diijabah? Padahal Allah berfirman dalam Al Qur’an, “Ud’uuni astajiblakum” (berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu).

Sayidina Ali menjawab, “Sesungguhnya hatimu telah berkhianat kepada Allah dengan delapan hal, yaitu :

Engkau beriman kepada Allah, mengetahui Allah, tetapi tidak melaksanakan kewajibanmu kepada-Nya. Maka, tidak ada mamfaatnya keimananmu itu.

Engkau mengatakan beriman kepada Rasul-Nya, tetapi engkau menentang sunnahnya dan mematikan syari’atnya. Maka, apalagi buah dari keimananmu itu? 

Engkau membaca Al Qur’an yang diturunkan melalui Rasul-Nya, tetapi tidak kau amalkan.

Engkau berkata, “Sami’na wa aththa’na (Kami mendengar dan kami patuh), tetapi kau tentang ayat-ayatnya.

Engkau menginginkan syurga, tetapi setiap waktu melakukan hal-hal yang dapat menjauhkanmu dari syurga. Maka, mana bukti keinginanmu itu?

Setiap saat sengkau merasakan kenikmatan yang diberikan oleh Allah, tetapi tetap engkau tidak bersyukur kepada-Nya.

Allah memerintahkanmu agar memusuhi syetan seraya berkata, “Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh bagi(mu) karena sesungguhnya syetan-syetan itu hanya mengajak golongan supaya mereka menjadi penghuni neraka yang nyala-nyala” (QS. Al Faathir [35] : 6). Tetapi kau musuhi syetan dan bersahabat dengannya.

Engkau jadikan cacat atau kejelekkan orang lain di depan mata, tetapi kau sendiri orang yang sebenarnya lebih berhak dicela daripada dia.

Nah, bagaimana mungkin do’amu diterima, padahal engkau telah menutup seluruh pintu dan jalan do’a tersebut. Bertaqwalah kepada Allah, shalihkan amalmu, bersihkan batinmu, dan lakukan amar ma’ruf nahi munkar. Nanti Allah akan mengijabah do’amu itu.
***
Dalam riwayat lain, ada seorang laki-laki dating kepada Imam Ja’far Ash Shiddiq, lalu berkata, “Ada dua ayat dalam Al Qur’an yang aku paham apa maksudmu?”
 “Bagaimana dua bunyi ayat itu?” Tanya Imam Ja’far. Yang pertama berbunyi “Ud’uuni astajib lakum” (Berdo’alah kepada-Ku niscaya akan Ku perkenankan bagimu), (QS. Al Mu’min [40] : 60). Lalu aku berdo’a dan aku tidak melihat do’aku diijabah,” ujarnya.
"Apakah engkau berpikir bahwa Allah akan melanggar janji-Nya?" tanya Imam Ja'far.
"Tidak," jawab orang itu.
"Lalu ayat yang kedua apa?" Tanya Imam Ja'far lagi.
"Ayat yang kedua berbunyi "Wamaa anfaqtum min syai in fahuwa yukhlifuhuu, wahuwa khairun raaziqin" (Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rizki yang sebaik-baiknya), (QS. Saba [34] : 39). Aku telah berinfak tetapi aku tidak melihat penggantinya," ujarnya.
"Apakah kamu berpikir Allah melanggar janji-Nya?" tanya Imam Ja'far lagi.
"Tidak," jawabnya.
"Lalu mengapa?" Tanya imam Ja'far.
"Aku tidak tahu," jawabnya.

Imam Ja'far kemudian menjelaskan, "Akan kukabarkan kepadamu, Insya Allah seandainya engkau menaati Allah atas apa yang diperintahkan-Nya kepadamu, kemudian engkau berdo'a kepada-Nya, maka Allah akan mengijabah do'amu. Adapun engkau berinfak tidak melihat hasilnya, kalau engkau mencari harta yang halal, kemudian engkau infakkan harta itu di jalan yang benar, maka tidaklah infak satu dirham pun, niscaya Allah menggantinya dengan yang lebih banyak. Kalau engkau berdo'a kepada Allah, maka berdo'alah kepada-Nya dengan Jihad Do'a. Tentu Alah akan menjawab do'amu walaupun engkau orang yang berdosa."
"Apa yang dimaksud Jihad Do'a?" sela orang itu.
Apabila engkau melakukan yang fardhu maka agungkanlah Allah dan limpahkanlah Dia atas segala apa yang telah ditentukan-Nya bagimu. Kemudian, bacalah shalawat kepada Nabi SAW dan bersungguh-sungguh dalam membacanya. Sampaikan pula salam kepada imammu yang memberi petunjuk. Setelah engkau membaca shalawat kepada Nabi, kenanglah nikmat Allah yang telah dicurahkan-Nya kepadamu. Lalu bersyukurlah kepada-Nya atas segala nikmat yang telah engkau peroleh.
Kemudian engkau ingat-ingat sekarang dosa-dosamu satu demi satu kalau bisa. Akuilah dosa itu dihadapan Allah. Akuilah apa yang engkau ingat dan minta ampun kepada-Nya atas dosa-dosa yang tak kau ingat. Bertaubatlah kepada Allah dari seluruh maksiat yang kau perbuat dan niatkan bahwa engkau tidak akan kembali melakukannya. Beristighfarlah dengan seluruh penyesalan dengan penuh keikhlasan serta rasa takut tetapi juga dipenuhi harapan.

Kemudian bacalah, "Ya Allah, aku meminta maaf kepada-Mu atas seluruh dosaku. Aku meminta ampun dan taubat kepada-Mu. Bantulah aku untuk mentaati-Mu dan bimbinglah aku untuk melakukan apa yang Engkau wajibkan kepadaku segala hal yang engkau rdhai. Karena aku tidak melihat seseorang bisa menaklukkan kekuatan kepada-Mu, kecuali dengan kenikmatan yang Engkau berikan. Setelah itu, ucapkanlah hajatmu. Aku berharap Allah tidak akan menyiakan do'amu," papar Imam Ja'far.***

Nikmati Proses

Sebenarnya yang harus kita nikmati dalam hidup ini adalah proses. Mengapa? Karena yang bernilai dalam hidup ini ternyata adalah proses dan bukan hasil. Kalau hasil itu ALLOH yang menetapkan, tapi bagi kita punya kewajiban untuk menikmati dua perkara yang dalam aktivitas sehari-hari harus kita jaga, yaitu selalu menjaga setiap niat dari apapun yang kita lakukan dan selalu berusaha menyempurnakan ikhtiar yang dilakukan, selebihnya terserah ALLOH SWT.

Seperti para mujahidin yang berjuang membela bangsa dan agamanya, sebetulnya bukan kemenangan yang terpenting bagi mereka, karena menang-kalah itu akan selalu dipergilirkan kepada siapapun. Tapi yang paling penting baginya adalah bagaimana selama berjuang itu niatnya benar karena ALLOH dan selama berjuang itu akhlaknya juga tetap terjaga. Tidak akan rugi orang yang mampu seperti ini, sebab ketika dapat mengalahkan lawan berarti dapat pahala, kalaupun terbunuh berarti bisa jadi syuhada.

Ketika jualan dalam rangka mencari nafkah untuk keluarga, maka masalah yang terpenting bagi kita bukanlah uang dari jualan itu, karena uang itu ada jalurnya, ada rizkinya dari ALLOH dan semua pasti mendapatkannya. Karena kalau kita mengukur kesuksesan itu dari untung yang didapat, maka akan gampang sekali bagi ALLOH untuk memusnahkan untung yang didapat hanya dalam waktu sekejap. Dibuat musibah menimpanya, dikenai bencana, hingga akhirnya semua untung yang dicari berpuluh-puluh tahun bisa sirna seketika.

Walhasil yang terpenting dari bisnis dan ikhtiar yang dilakukan adalah prosesnya. Misal, bagaimana selama berjualan itu kita selalu menjaga niat agar tidak pernah ada satu miligram pun hak orang lain yang terambil oleh kita, bagaimana ketika berjualan itu kita tampil penuh keramahan dan penuh kemuliaan akhlak, bagaimana ketika sedang bisnis benar-benar dijaga kejujuran kita, tepat waktu, janji-janji kita penuhi.

Dan keuntungan bagi kita ketika sedang berproses mencari nafkah adalah dengan sangat menjaga nilai-nilai perilaku kita. Perkara uang sebenarya tidak usah terlalu dipikirkan, karena ALLOH Mahatahu kebutuhan kita lebih tahu dari kita sendiri. Kita sama sekali tidak akan terangkat oleh keuntungan yang kita dapatkan, tapi kita akan terangkat oleh proses mulia yang kita jalani.

Ini perlu dicamkan baik-baik bagi siap pun yang sedang bisnis bahwa yang termahal dari kita adalah nilai-nilai yang selalu kita jaga dalam proses. Termasuk ketika kuliah bagi para pelajar, kalau kuliah hanya menikmati hasil ataupun hanya ingin gelar, bagaimana kalau meninggal sebelum diwisuda? Apalagi kita tidak tahu kapan akan meninggal. Karenanya yang paling penting dari perkuliahan, tanya dulu pada diri, mau apa dengan kuliah ini? Kalau hanya untuk mencari isi perut, kata Imam Ali, "Orang yang pikirannya hanya pada isi perut, maka derajat dia tidak akan jauh beda dengan yang keluar dari perutnya". Kalau hanya ingin cari uang, hanya tok uang, maka asal tahu saja penjahat juga pikirannya hanya uang.

Bagi kita kuliah adalah suatu ikhtiar agar nilai kemanfaatan hidup kita meningkat. Kita menuntut ilmu supaya tambah luas ilmu hingga akhirnya hidup kita bisa lebih meningkat manfaatnya. Kita tingkatkan kemampuan salah satu tujuannya adalah agar dapat meningkatkan kemampuan orang lain. Kita cari nafkah sebanyak mungkin supaya bisa mensejahterakan orang lain.
Dalam mencari rizki ada dua perkara yang perlu selalu kita jaga, ketika sedang mencari kita sangat jaga nilai-nilainya, dan ketika dapat kita distribusikan sekuat-kuatnya. Inilah yang sangat penting. Dalam perkuliahan, niat kita mau apa nih? Kalau mau sekolah, mau kuliah, mau kursus, selalu tanyakan mau apa nih? Karena belum tentu kita masih hidup ketika diwisuda, karena belum tentu kita masih hidup ketika kursus selesai.

Ah, Sahabat. Kalau kita selama kuliah, selama sekolah, selama kursus kita jaga sekuat-kuatnya mutu kehormatan, nilai kejujuran, etika, dan tidak mau nyontek lalu kita meninggal sebelum diwisuda? Tidak ada masalah, karena apa yang kita lakukan sudah jadi amal kebaikan. Karenanya jangan terlalu terpukau dengan hasil.

Saat melamar seseorang, kita harus siap menerima kenyataan bahwa yang dilamar itu belum tentu jodoh kita. Persoalan kita sudah datang ke calon mertua, sudah bicara baik-baik, sudah menentukan tanggal, tiba-tiba menjelang pernikahan ternyata ia mengundurkan diri atau akan menikah dengan yang lain. Sakit hati sih wajar dan manusiawi, tapi ingat bahwa kita tidak pernah rugi kalau niatnya sudah baik, caranya sudah benar, kalaupun tidak jadi nikah dengan dia. Siapa tahu ALLOH telah menyiapkan kandidat lain yang lebih cocok.

Atau sudah daftar mau pergi haji, sudah dipotret, sudah manasik, dan sudah siap untuk berangkat, tiba-tiba kita menderita sakit sehingga batal untuk berangkat. Apakah ini suatu kerugian? Belum tentu! Siapa tahu ini merupakan nikmat dan pertolongan dari ALLOH, karena kalau berangkat haji belum tentu mabrur, mungkin ALLOH tahu kapasitas keimanan dan kapasitas keilmuan kita.

Oleh sebab itu, sekali lagi jangan terpukau oleh hasil, karena hasil yang bagus menurut kita belum tentu bagus menurut perhitungan ALLOH. Kalau misalnya kualifikasi mental kita hanya uang 50 juta yang mampu kita kelola. Suatu saat ALLOH memberikan untung satu milyar, nah untung ini justru bisa jadi musibah buat kita. Karena setiap datangnya rizki akan efektif kalau iman kitanya bagus dan kalau ilmu kitanya bagus. Kalau tidak, datangnya uang, datangnya gelar, datangnya pangkat, datangnya kedudukan, yang tidak dibarengi kualitas pribadi kita yang bermutu sama dengan datangnya musibah. Ada orang yang hina gara-gara dia punya kedudukan, karena kedudukannya tidak dibarengi dengan kemampuan mental yang bagus, jadi petantang-petenteng, jadi sombong, jadi sok tahu, maka dia jadi nista dan hina karena kedudukannya.

Ada orang yang terjerumus, bergelimang maksiat gara-gara dapat untung. Hal ini karena ketika belum dapat untung akan susah ke tempat maksiat karena uangnya juga tidak ada, tapi ketika punya untung sehingga uang melimpah-ruah tiba-tiba dia begitu mudahnya mengakses tempat-tempat maksiat.

Nah, Sahabat. Selalulah kita nikmati proses. Seperti saat seorang ibu membuat kue lebaran, ternyata kue lebaran yang hasilnya begitu enak itu telah melewati proses yang begitu panjang dan lama. Mulai dari mencari bahan-bahannya, memilah-milahnya, menyediakan peralatan yang pas, hingga memadukannya dengan takaran yang tepat, dan sampai menungguinya di open. Dan lihatlah ketika sudah jadi kue, baru dihidangkan beberapa menit saja, sudah habis. Apalagi biasanya tidak dimakan sendirian oleh yang membuatnya. Bayangkan kalau orang membuat kue tadi tidak menikmati proses membuatnya, dia akan rugi karena dapat capeknya saja, karena hasil proses membuat kuenya pun habis dengan seketika oleh orang lain. Artinya, ternyata yang kita nikmati itu bukan sekedar hasil, tapi proses.

Begitu pula ketika ibu-ibu punya anak, lihatlah prosesnya. Hamilnya sembilan bulan, sungguh begitu berat, tidur susah, berbaring sulit, berdiri berat, jalan juga limbung, masya ALLOH. Kemudian saat melahirkannya pun berat dan sakitnya juga setengah mati. Padahal setelah si anak lahir belum tentu balas budi. Sudah perjuangan sekuat tenaga melahirkan, sewaktu kecil ngencingin, ngeberakin, sekolah ditungguin, cengengnya luar biasa, di SD tidak mau belajar (bahkan yang belajar, yang mengerjakan PR justru malah ibunya) dan si anak malah jajan saja, saat masuk SMP mulai kumincir, masuk SMU mulai coba-coba jatuh cinta. Bayangkanlah kalau semua proses mendidik dan mengurus anak itu tidak pakai keikhlasan, maka akan sangat tidak sebanding antara balas budi anak dengan pengorbanan ibu bapaknya. Bayangkan pula kalau menunggu anaknya berhasil, sedangkan prosesnya sudah capek setengah mati seperti itu, tiba-tiba anak meninggal, naudzhubillah, apa yang kita dapatkan?

Oleh sebab itu, bagi para ibu, nikmatilah proses hamil sebagai ladang amal. Nikmatilah proses mengurus anak, pusingnya, ngadat-nya, dan rewelnya anak sebagai ladang amal. Nikmatilah proses mendidik anak, menyekolahkan anak, dengan penuh jerih payah dan tetesan keringat sebagai ladang amal. Jangan pikirkan apakah anak mau balas budi atau tidak, sebab kalau kita ikhlas menjalani proses ini, insya ALLOH tidak akan pernah rugi. Karena memang rizki kita bukan apa yang kita dapatkan, tapi apa yang dengan ikhlas dapat kita lakukan.

Rumah Tangga Yang Menyenangkan (Meminimalkan Potensi Konflik)

Banyak orang yang menyangka bahwa pernikahan itu indah. Padahal sebetulnya? Indah ...sekali. Tak sedikit yang menyesal, kenapa tak dari dulu menikah.
Sahabat, itu adalah secuplik ungkapan yang lazim terdengar tentang pernikahan. Namun jelas, tak segampang yang dibayangkan untuk membina sebuah keluarga. Membangun sebuah keluarga sakinah adalah suatu proses. Keluarga sakinah bukan berarti keluarga yang diam tanpa masalah. Namun lebih kepada adanya keterampilan untuk manajemen konflik.
Ada tiga jenis manajemen konflik dalam rumah tangga, yaitu pencegahan terjadinya konflik, menghadapai tatkala konflik terlanjur berlangsung, dan apa yang harus dilakukan setelah konflik reda.
Pada kesempatan pertama, insya Allah kta akan mengurai tentang bagaimana meminimalkan terjadinya konflik di dalam rumah tangga kita.

1. Siap dengan hal yang tidak kita duga
Pada dasarnya kita selalu siap untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Mudah bagi kita bila yang terjadi cocok dengan harapan kita. Namun, bagaimanapun, setiap orang itu berbeda-beda. Tidak semuanya harus sama "gelombangnya" dengan kita. Maka yang harus kita lakukan adalah mempersiapkan diri agar potensi konflik akibat perbedaan ini tidak merusak.
Dalam rumah tangga, bisa jadi pasangan kita teryata tidak seideal yang kita impikan. Maka kita harus siap melihat ternyata dia tidak rapi, tidak secantik yang dibayangkan atau tidak segesit yang kita harapkan., misalnya. Kita harus berlapang dada sekali andai ternyata apa yang kita idamkan, tidak ada pada dirinya. Juga sebaliknya, apabila yang luar biasa kita benci. Ternyata isteri atau suami kita memiliki sikap tersebut.

2. Memperbanyak pesan Aku
Tindak lanjut dan kesiapan kita menghadapi perbedaan yang ada, adalah memeperbanyak pesan aku. Sebab, umumnya makin orang lain menegetahui kita, makin siap dia menghadapi kita. Misalnya sebagai isteri kita terbiasa katakanlah mengorok ketika tidur. Maka agar suami dapat siap menghadapi hal ini, kita bisa mengatakan "Mas, orang bilang, kalau tidur saya itu suka ngorok,.... jadi Mas siap-siap saja. Sebab, sebetulnya, saya sendiri enggak niat ngorok."
Lalu sebagai suami, misalnya kita menyatakan keinginan kita: "Saya kalau jam tiga suka bangun. Tolonglah bangunkan saya. Saya suka menyesal kalau tidak Tahajjud. Dan kalau sedang Tahajjud, saya tidak ingin ada suara yang mengganggu."
Dengan demikian, diharapkan tidak terjadi riak-riak masalah akaibat satu sama lain tidak memahami nilai-nilai yang dipakai oleh pasangan hidupnya. Sebab sangat mungkin orang membuat kesalahan akibat dia tidak tahu tata nilai kita. Yang dampaknya akan banyak muncul ketersinggungan-ketersinggungan. Maka di sinilah perlunya kita belajar memberitahukan. Memberitahukan apa yag kita inginkan. Inilah esensi dari pesan aku.
Dengan demikian ini akan membuat peluang konflik tidak membesar. Karena kita telah mengkondisikan agar orang memahami kita. Sungguh tidak usah malu menyatakan harapan ataupun keberatan-keberatan kita. Sebab justru dengan keterbukaan seperti ini pasangan hidup kita dapat lebih mudah dalam menerima diri kita. Termasuk dalam hal keberadaan orang lain.
Misalnya orang tua kita akan datang. Maka adalah suatu tindakan bijaksana apabila kita mengatakan kepada suami tentang mereka. Sebagai contoh, orang tua kita mempunyai sikap cukup cerewet, senang mengomentari ini itu. Maka katakan saja: "Pak... saya tidak bermaksud meremehkan. Namun begitulah adanya. Orang tua saya banyak bicara. Jangan terlalu difikirkan, itu memang sudah kebiasaan mereka. Juga dalam hal makanan, yang ikhlas saja ya Pak...kalau nanti mereka makannya pada lumayan banyak..."
Sungguh sahabat, makin kita jujur maka akan semakin menentramkan perasaan masing-masing di antara kita.
Alkisah, ada sebuah keluarga. Sering sekali terjadi pertengkaran. Akhirnya, suatu ketika si isteri bicara "Pak, maaf ya, keluarga kami memang bertabiat keras. Sehingga bagi kami kemarahan itu menjadi hal yang amat biasa."
Lalu suaminya membalas "Sedangkan Papa lahir dari keluarga pendiam, dan jarang sekali ada pertempuran..."
Jelas itu akan membuat keadaan berangsur lebih baik dibanding terus menerus bergelut dalam pertengkaran-pertengkaran yang semestinya tak terjadi.
Jadi kita pun harus berani untuk mengumpulkan input-input tentang pasangan kita. Misalnya ternyata dia punya BB atau bau badan. Maka kita bisa menyarankan untuk meminum jamu, sekaligus memberitahukan bahwa kadar ketahanan kita terhadap bau-bauan rendah sekali. Sehingga ketika kita tiba-tiba memalingkan muka dari dia, isteri kita itu tidak tersinggung. Karena tata nilainya sudah disamakan.
Tentunya, dengan saling keterbukaan seperti itu masalah akan menjadi lebih mudah dijernihkan dibanding masing-masing saling menutup diri.
Ketertutupan, pada akhirnya akan membuat potensi masalah menjadi besar. Kita menjadi mengarang kesana kemari, membayangkan hal yang tidak tidak berkenaan dengan pasanagan hidup kita. Dongkol, marah, benci dan seterusnya. Padahal kalau saja didiskusikan, bisa jadi masalahnya menjadi sangat mudah diselesaikan. Dan potensi konflik pun menjadi minimal.

3. Tentang aturan
Kita harus memiliki aturan-aturan yang disepakati bersama. Karena kalau tak tahu aturan, bagaimana orang bisa nurut? Bagaimana kita bisa selaras? Jadi kita harus membuat aturan sekaligus...sosialisasikan!
Misalnya isteri kita jarang mematikan kran setelah mengguanakan. Bisa jadi kita dongkol. Disisi lain, boleh jadi isteri malah tak merasa bersalah sama sekali. Sebab dia berasal dari desa. Dan di desa.. pancuran toh tak pernah ditutup.
Begitu pula pada anak-anak. Kita harus mensosialisasikan peraturan ini. Tidak usah kaku. Buat saja apa yang bisa dilaksanakan oleh semua. Makin orang tahu peraturan, maka peluang berbuat salah makin minimal.

Thursday, April 7, 2011

.::Ketenangan Hidup::.

"Tepat seminggu saya mengatakan selamat tinggal masa laluku yang suram, selamat tinggal masa lalunya yang tak sebaiknya saya tahu"

Malu & Memalukan, dua kata yang saya rasakan & miliki. Saya bertanya dalam hati, Apakah ini ujian, cobaan, teguran ketika saya sudah membulatkan hati & diri untuk taubatan nasuha, ketika kemauan kuat saya untuk menghijab-i lahiriyah & bathin saya?

Istiqomah tak begitu mudah dilakukan, berharap ada cahaya terang yang menuntun saya untuk terus Istiqomah atas tekanan bathin yang saya rasakan, utamanya sebagai wanita sholehah yang sungguh saya idam2kan, wanita sholehah yang menjaga 'kehormatannya' sampai Allah SWT benar-benar meridhoi & menghalalkan.

Saya yakin walau dikata sudah terlambat untuk mengembalikan sesuatu yang tak mungkin kembali, namun belum terlambat untuk memperbaiki segalanya. Allah SWT Maha Mengetahui apa yang ada di hati hamba-Nya.

Saya semakin tua, usia saya semakin berkurang jatah di dunia, saya pikirkan persiapan apa yang sudah saya lakukan untuk menuju 'ke sana'? #Belum, masih sangat minimal atau minus bisa dikatakan begitu.

Doa & harapan ku: Saya inginkan masa depan, membangun masa depan, mewujudkan masa depan. Allah SWT ujian-Mu bagiku berat, bantu saya Ya Allah.. Istiqomahkan saya selalu Ya Allah..

Bismillah is the best word.. xoxo ^o^

Wednesday, April 6, 2011

Get Married and Family

Bersediakah engkau menikah denganku?
Bersediakah engkau kulamar sebagai pendamping hidupku?
Kapan aku harus melamarmu?
Bersediakah engkau membina bahtera rumah tangga bersamaku?
Bersediakah engkau bersama denganku saling mengingatkan akan kebaikan?
Bersediakah engkau menuntunku ke jalan yang benar?
Bersediakah engkau dengan sabar mengajariku tentang makna kebaikan, penghormatan?
Bersediakah, bersediakah, ...... ???

Aku sungguh ingin menikah, ada yang melamarku, adakah kekasih hatiku melamarku???
Mimpikah aku mengharapkan itu semua???

Sudahlah, jangan pikirkan itu lagi. Aku harus berubah dan memperbaiki diri sampai aku mampu & pantas dilamar.
Ini hanya mimpi ada yang melamar & datang kepada orang tuaku, meminta aku untuk menjadi pendamping hidupnya.
Ini hanya mimpi orang tuaku akan merestui hubungan dengan lelaki yang aku pilih.
Ini hanya mimpi aku menikah selepas lulus kuliah.

Nanti saja, pikirkan itu lagi jika aku sudah berubah dan memperbaiki diri sampai aku mampu & pantas dilamar.
Saat ini aku harus bekerja & menuntut ilmu pengetahuan lagi, hingga aku matang.
Saat ini aku harus membeli rumah & kendaraan pribadi untuk kebutuhanku, dan memenuhi kebutuhan adikku hingga kondisinya pulih kembali.
Yang utama, aku harus menentukan kemana langkahku selepas lulus kuliah, bertahan hidup sampai aku lelah untuk mengenyam pendidikan & bekerja.

Sabar ya dek, saat ini kakak berusaha untuk lulus kuliah & bekerja, kakak akan lakukan semua ini untukmu. Kakak tahu bagaimana orang tua kita menginginkan engkau bekerja walau kondisimu tak memungkinkan. Kakak tahu betapa kondisi psikologismu atas sakit yang kau derita. Tak peduli betapapun engkau marah-marah dengan kakak. Do'akan kakak supaya dapat lulus & bekerja, mendapat penghasilan untuk kebutuhan kita. Maaf, engkau butuhkan kakak namun saat ini kakak belum mampu untuk mengantarmu berobat, karena jadwal & kakak sempatkan menjengukmu. Kakak ingin membeli rumah & kendaraan pribadi supaya engkau nyaman tinggal di kota ini dan tak perlu susah payah mencari kendaraan yang mau mengantarmu berobat. Kakak ingin orang tua kita mengerti, siapapun itu. Kakak ingin mengajakmu tinggal bersama jika kakak sudah punya rumah sendiri. Aamiin Ya Rabbal 'Alamin...

Sectio Caesarea

Sectio Caesarea, apa yang ada di benak saya pertama kali tentang dua kata tersebut: ibu hamil, operasi, dan perut hehehe...

Yupz... kali ini bahas sectio caesarea aja deh.. Why? because I'm in OK room for this week, banyak operasi yang dilakukan & salah satunya adalah sectio caesarea.

Apaan tuh Sectio Caesarea, atau disingkat SC adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Takjub dan Subhanallah ketika saya melihat seorang ibu yang melahirkan dengan cara SC, tapi saya berharap, berdoa kalau saya hamil & mau melahirkan yang partus normal saja.

Saya lihat kemarin, salah satu dari tindakan sectio jenis SC Vaginalis. Tindakan SC dengan teknik anastesi regional. Pembiusan regional, ibu yang menjalani persalinan tetap dalam keadaan sadar karena yang mati rasa hanyalah saraf-saraf di bagian abdomen termasuk uterus. Pembiusan regional yang digunakan untuk operasi caesarea pada persalinan diantaranya adalah bius epidural, spinal dan kelamin. Jenis pembiusan ini dilakukan dengan memberi obat pemati rasa ke daerah vertebrae, mengakibatkan sebatas panggul ke bawah mati rasa, tetapi ibu masih sadar selama proses operasi berlangsung.

Subhanallah dan senang rasanya ketika saya harus menapaki perjalanan pendidikan di bidang kesehatan, karena banyak sekali kasus atau tindakan yang sebenarnya dapat menambah rasa syukur dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang tak umum & bahkan tidak mungkin orang dapat menyaksikan langsung, bahkan tak mengetahui #bukan live film sih... :-))

Amazing... ketika proses SC dari awal saya langsung melihat bagaimana abdomen tersebut di insisi dan sampai pada saatnya bayi dikeluarkan, plasenta, lalu uterus yang berada di dalam perut, saya sampai ngelus-ngelus perut... ditambah ketika hecting uterus yang membuat saya tercengang karena sebagai wanita yang pasti kodratnya melahirkan, sempat bertanya-tanya dalam hati itu uterus tempat tumbuhnya bayi, Subhanallah, Allahu Akbar...

Betapa saya memilih untuk partus secara normal walaupun harus episiotomi #semoga normal total tanpa episiotomi juga, karena memang besar resiko dari SC. Selain perdarahan, juga akibat dari tindakan tersebut berapa saraf yang berada di abdomen terputus, dan sakit, nyerinya itu setelah proses SC berkali-kali lipat karena lapisan abdomen yang di insisi dan di hecting, juga saraf abdomen. Kalau harus partus normal dengan episiotomi, sakit, nyerinya tak sampai berbulan-bulan untuk pemulihan....

Sekali lagi saya takjub, dengan adanya ilmu kesehatan membuat saya semakin tertarik. Khususnya pengalaman di ruang OK, IGD, ICU... lagi-lagi saya harus tertarik dan ingin mendalami salah satu bidang tersebut.

Makna Idealis???

#Edisi Curhat \^o^ /

Teringat sekilas kalimat yang terlontar dari seorang teman sewaktu masa kuliah Akademi dulu: "Idealis itu penting", sampai di tugas akhirnya pun kalimat tersebut dijadikan motto hidupnya. Eh, sebenarnya saya tak mengerti makna idealis sesungguhnya, karena kalau melihat artinya secara harfiah dengan fakta yang terjadi di lapangan sepertinya tidak sinkron. Oke, langsung kita buka KBBI aja deh...

Menurut KBBI, ada lima kata yang berhubugan dengan kata idealis yaitu: ide, ideal, idealis, idealisme, dan idealistis. Kelimanya mempunyai induk kata bernama ide: yang artinya gagasan atau pikiran, kemudian berkembang menjadi ideal: gagasan atau pikiran yang diinginkan, lalu idealis: yang lebih kepada orang yang mempunyai gagasan atau pikiran itu, dan berkembang lagi menjadi idealisme: sebuah faham filsafat yang menganggap bahwa gagasan atau pikiran yang dinginkan tersebut merupakan hal yang benar, terakhir idealistis: yang lebih menekankan kepada kata sifat untuk menuju ideal atau sifat menuju yang dicita citakan.

Emmm... merujuk dari arti idealis itu sendiri orang yang mempunyai gagasan atau pikiran, ini yang acapkali membuat saya berpikir terhadap mahasiswa yang bangga menyandang gelar mahasiswa idealis. Apakah mereka paham betul makna idealis tersebut, atau hanya ikut-ikutan saja. Ikut turun ke jalan mengumandangkan suara mahasiswa lalu mendapat cap/gelar inilah mahasiswa idealis yang memperjuangkan nasib rakyat.

Lepas dari itu semua, saya memiliki keyakinan bahwa tak semua paham makna idealis sesungguhnya #persepsi saya, monggo dikomentari :-)
Kenapa?? karena mahasiswa yang mengaku bahwa mereka adalah mahasiswa idealis seringkali saya temui bahkan saya tiap hari berinteraksi, sampai telinga ini rasanya tak sanggup mendengar pengakuan keidealisan mereka namun tak sesuai dengan perilaku idealis yang sesungguhnya #memang apa sih perilaku idealis sesungguhnya??? Sok Teu euy :-P

Seringkali, bisa dibilang hampir setiap hari saya mengalami namanya paham keidealisan mahasiswa, dilingkungan kerja saya yang baru, kurang lebih tiga tahun belakangan saya kecap. Khususnya beberapa bulan belakangan, seringkali yang timbul adalah rasa kesal yang mendalam akibat keidealisan mereka #lebay.com yang berujung saya ingin & harus cepat-cepat keluar dari lingkungan seperti ini (lingkungan mahasiswa), dan masuk ke dalam lingkungan saya sesungguhnya (lingkungan para lansia) #merasa sudah tua & ga level jika harus makan hati setiap hari jika harus berada di lingkungan yang tak sesuai dengan saya/para older people. Bukan hanya saya saja yang merasakan keidealisan mahasiswa yang ga ngerti makna idealis sesungguhnya, teman-teman saya pun banyak yang sharing mengenai keidealisan yang mereka kumandangkan (young people).

Capek hati, capek fisik, bagaimana mau jadi professional jika idealis semacam itu yang dikumandangkan & dilakoni. Oke, teori pintar & hafal di luar kepala #ngaku saya kalah kalau harus ngomongin teori & konsep, tapi di lapangan mereka nol. Alasan yang keluar pasti, teori, konsep karena saya ga minat kerja lapangan sampai seenaknya ngatur jadwal & masuk seenaknya pula #kacau balau, saya seumur-umur kerja ga ada yang judulnya JADWAL KACAU BALAU, MASUK SEKEHENDAK HATINYA, kasarnya bisa mati oii klien kalian. Sampai bikin alasan ga rasional, dalam bikin intervensi pun diajarkan rasional dilakukan intervensi, kalau ga rasional ya ga bisa & ga boleh dilakukan, gagasan atau ide pikiran yang bagaimana yang mereka maksud, malah bisa jadi mal praktik You Know!!!

Sekali lagi idealis sesungguhnya mohon dipahami dahulu sebelum mencap/memberi gelar diri idealis.

Btw hari ini saya mau ngasih pelajaran aja sih, terakhir kemarin mereka bisa memberi alasan bangun kesiangan, tidur kemalaman, capek. Emang saya ga capek apa, Hah? Professional katanya, mbuh ngapusi kali...